Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar Tutup Peringatan Harlah NU di PCNU Kota PekalonganRais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar Tutup Peringatan Harlah NU di PCNU Kota Pekalongan

bspradiopekalongan.com, Pekalongan – Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Miftachul Akhyar, menutup rangkaian kegiatan peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) Ke-101 yang diadakan Pengurus Cabang Nahdlatul ulama (PCNU) Kota Pekalongan dengan pesan Sami’na wa atho’na / sam’an watho’atan (pentingnya satu komando) dalam menyikapi situasi dan kondisi organisasi dalam acara Halaqah Harlah NU pada Kamis, 01 Februari 2024 di Gedung Aswaja Kota Pekalongan.

Dalam kegiatan Halaqah Harlah NU Ke-101 PCNU Kota Pekalongan yang mengusung tema “Memacu Kinerja, Untuk Mengawal Kemenangan Indonesia“, hadir juga Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH. Ubaidullah Shodaqah, didampingi Rais Syuriah PCNU Kota Pekalongan, KH. Romadlon Abd Jalil dan Ketua PCNU KH Muhtarom berserta jajaranya hingga seluruh Pengurus MWCNU dan PRNU Se-Kota Pekalongan beserta Banom-banomnya.

Rais ‘Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menjelaskan kepada hadirin peserta Halaqah Harlah NU terhadap pentingnya pengendalian diri ditengah zaman yang penuh fitnah dan situasi darurat. Mulai darurat Ideologi Ahlussunah Wal Jama’ah, darurat moral peradaban dan bahaya ancaman NKRI yang memaksana umat beragama sebagai Sahibul amanah (orang yang bisa dipercaya) jangan kalah dengan selalu mengedepankan akhlak.

Menurutnya, dalam situasi dan kondisi saat ini, setiap tokoh dan pengurus Nahdlatul Ulama memiliki kewajiban moral untuk melakukan pembinaan terhadap umat Islam dan warga bangsa secara keseluruhan untuk menjawab tantangan kehidupan masyarakat. Sebab, para mu’assis (pendiri), sesepuh dan pendahulu kita telah berijtihad untuk melahirkan jam’iyah (organisasi) tercinta ini.

Maka memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama (NU) ini kita perlu berijtihad untuk mengatasi kegoncangan dan erosi atau menipisnya pemahaman terhadap Nahdlatul Ulama (ghiyâbu ma’na Nahdlatil Ulama), sekaligus untuk menyiapkan generasi selanjutnya memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama. Salah satu yang harus dilakukan adalah sami’na wa atho’na atau sam’an wathoatan terhadap keputusan organisasi.

Lebih lanjut Rais ‘Aam PBNU KH. Miftah menambahkan, sebagai oraganisasi terbesar di dunia patut mensyuri dengan melakukan aksi nyata mendampingi umat. Dijelaskan, sungguh kita adalah generasi yang beruntung karena diberi kesempatan untuk menjaga, menggagas dan mempersiapkan Abad Kedua Nahdlatul Ulama yang tidak akan bubar sampai hari kiamat. Akan tetapi, tanpa pembaharuan dan persiapan yang baik, bisa saja terjadi, Nahdlatul Ulama hanya tinggal rupa tapi tidak punya makna.

Sementara itu Ketua PCNU Kota Pekalongan, KH. Muhtarom, S.SA berharap. Bahwa apa yang menjadi arahan dari Rais ‘Aam PBNU dalam melakukan khidmah jam’iyyah tersebut, dapat menjadi pemahaman terhadap norma-norma organisasi sebagai landasan dalam bertindak.

Menurutnya, kebesaran NU sebagai organisasi ini tidak dapat dimaknai secara parsial masing-masing individu. Melainkan harus terkosolidasi dengan baik dalam rangka melayani warga atau masyarakat. (Adm-01A)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *