bspradiopekalongan.com, TREVELER – Gunung Rinjani, yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu gunung berapi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut. Tak hanya menjadi magnet bagi para pendaki lokal, Rinjani juga menarik perhatian para pecinta alam dari seluruh dunia. Mendaki gunung ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga pengalaman spiritual dan emosional yang membekas seumur hidup.
Daya tarik utama Rinjani terletak pada lanskapnya yang luar biasa. Di sepanjang jalur pendakian, pendaki akan disuguhkan pemandangan alam yang terus berubah—dari hutan tropis yang lebat, padang savana yang luas, hingga jalur berbatu yang menantang. Setiap tikungan dan tanjakan menghadirkan panorama yang memukau, membuat setiap langkah terasa berharga meskipun tubuh mulai letih.
Salah satu titik paling ikonik dari Gunung Rinjani adalah Segara Anak, danau kawah berwarna biru kehijauan yang terletak di ketinggian sekitar 2.000 meter. Nama “Segara Anak” berarti “anak laut”, dan memang, danau ini tampak seperti lautan kecil yang terperangkap di pelukan kawah raksasa. Di tepi danau, terdapat sebuah gunung kecil bernama Gunung Barujari, yang masih aktif dan terkadang mengeluarkan asap tipis. Pemandangan ini menciptakan suasana magis dan tak terlupakan.
Namun, mendaki Rinjani bukanlah hal yang mudah. Jalur pendakiannya terkenal menantang, dengan tanjakan terjal dan udara yang semakin menipis seiring bertambahnya ketinggian. Dibutuhkan persiapan fisik, mental, serta perlengkapan yang memadai untuk menaklukkannya. Meski begitu, rasa lelah seolah lenyap ketika matahari terbit perlahan dari balik cakrawala, menyinari lembah dan danau dengan warna keemasan. Banyak pendaki mengatakan bahwa momen inilah yang menjadi klimaks emosional dari pendakian mereka.
Selain keindahan alam, Rinjani juga menyimpan nilai-nilai budaya dan spiritual. Bagi masyarakat Sasak dan umat Hindu di Lombok, Rinjani adalah gunung suci. Setiap tahun, mereka mengadakan upacara ritual di Segara Anak sebagai bentuk penghormatan kepada roh-roh leluhur dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa gunung bukan hanya objek wisata, melainkan bagian dari kehidupan dan kepercayaan masyarakat setempat.
Mendaki Gunung Rinjani mengajarkan banyak hal—tentang ketekunan, kerendahan hati di hadapan alam, serta pentingnya menjaga lingkungan. Sayangnya, peningkatan jumlah pendaki tidak selalu diiringi dengan kesadaran menjaga kebersihan dan kelestarian gunung. Sampah yang tertinggal di jalur pendakian dan di sekitar danau menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius.
Secara keseluruhan, Gunung Rinjani adalah perpaduan antara keindahan alam, tantangan fisik, dan kekayaan budaya. Bagi siapa pun yang mencintai alam dan petualangan, Rinjani bukan hanya destinasi pendakian, melainkan perjalanan batin yang memperkaya jiwa. (Adm-01A)