bspradiopekalongan.com, PENDIDIKAN – Raden Ajeng Kartini bukan sekadar tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga simbol perubahan dan pelopor pendidikan yang berpikir jauh melampaui zamannya. Lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Kartini tumbuh dalam lingkungan bangsawan Jawa yang penuh batasan, terutama bagi kaum perempuan. Namun dari balik sekat tradisi, Kartini justru memancarkan pemikiran progresif tentang pentingnya pendidikan—bukan hanya bagi perempuan, tetapi bagi seluruh bangsa. Melalui surat-suratnya yang kini abadi dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini mewariskan nilai-nilai pendidikan yang sangat relevan hingga masa kini.
1. Pendidikan sebagai Hak Setiap Manusia
Salah satu nilai paling fundamental yang diwariskan Kartini adalah keyakinannya bahwa pendidikan adalah hak semua orang, tanpa memandang jenis kelamin atau status sosial. Di zamannya, perempuan pribumi hampir tidak memiliki akses pendidikan formal. Kartini menolak ketidakadilan ini. Ia percaya bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan, karena dari tangan perempuanlah generasi masa depan dibentuk.
Pemikirannya ini menjadi dasar perjuangan pendidikan inklusif di Indonesia. Hari ini, ketika kita berbicara tentang pendidikan untuk semua, kita sejatinya sedang meneruskan semangat yang dulu dibawa Kartini dengan keberanian luar biasa.
2. Kemandirian Berpikir dan Kebebasan Berpendapat
Kartini juga mengajarkan pentingnya berpikir mandiri. Dalam surat-suratnya, ia sering kali menolak dogma yang membelenggu perempuan hanya karena adat istiadat. Ia tak segan mempertanyakan sistem yang dianggap tidak adil. Nilai ini sangat penting dalam dunia pendidikan modern, di mana siswa didorong untuk berpikir kritis, bertanya, dan menemukan jalan pikirnya sendiri.
Kartini mewariskan semangat untuk berani berbicara, berani menyampaikan gagasan, dan tidak tunduk pada ketidakadilan. Inilah pendidikan sejati: membentuk manusia yang merdeka secara intelektual dan moral.
3. Pendidikan Berbasis Nilai dan Empati Sosial
Kartini tidak hanya peduli pada nasib perempuan bangsawan seperti dirinya, tetapi juga pada kaum jelata, pada anak-anak dari kalangan biasa yang tidak punya kesempatan belajar. Ia ingin agar ilmu pengetahuan tidak menjadi hak istimewa, tetapi cahaya yang menerangi semua. Ini menunjukkan bahwa bagi Kartini, pendidikan bukan sekadar akademik, tetapi juga sarat dengan nilai kemanusiaan.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menumbuhkan empati, kepedulian sosial, dan semangat berbagi. Semangat ini terlihat dari keinginannya mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi, sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap perubahan sosial.
4. Keberanian Mengubah Nasib
Kartini mengajarkan bahwa pendidikan adalah jalan untuk mengubah nasib. Bagi dirinya, pendidikan bukan hanya tentang belajar membaca dan menulis, tapi tentang membebaskan pikiran dari kungkungan feodalisme dan diskriminasi. Pendidikan adalah alat untuk mengubah struktur sosial, memperbaiki kondisi hidup, dan membuka pintu masa depan.
Pesan ini tetap relevan, terutama bagi generasi muda saat ini. Dalam era global dan digital, pendidikan bukan hanya alat untuk memperoleh pekerjaan, tapi juga sarana untuk berkontribusi, membangun bangsa, dan mewujudkan keadilan sosial. (Adm-02A)
