bspradiopekalongan.com, MuslimahVibe – Kita semua sama tahu persoalan tentang bagaimana fenomena akhir -akhir ini porsi perempuan di hadapan publik belum tuntas dan masih mendapat respon yang miring. Bahkan, ladang dakwah perempuan diarea publik terkadang masih dianggap oleh sebagian orang sebagai hal tabu atau bahkan haram bagi perempuan untuk berdakwah.
Perempuan seringkali dipandang sebelah mata oleh orang lain. Tidak ubahnya sosok insan yang lemah serta retan, sehingga sangat memerlukan bantuan dari siapa saja. Bahkan sering kali juga dinilai kalau menjadi perempuan itu ribet dalam masalah hukum Islam, memiliki akal lebih yang lemah dibanding laki-laki, mudah baperan, dan lain sebagainya. Padahal tidak seperti itu. Perempuan itu termasuk makhluk yang sangat istimewa, dari tangan serta kelembutan sifatnya lah peradaban ini bisa dia ubah sekaligus ia bangun.
Terhadap fenomena yang demikian ini, Ning Sheila Hasina Al Hafidzah dari Pondok Pesantren Lirboyo memberikan sebuah pandangan solutif terhadap ladang dakwah perempuan itu memiliki kesempatan dan anjuran yang sama.
Kemuliaan Perempuan
Menurut Ning Sheila menjadi perempuan itu memang berat, sebab mereka memiliki predikat pembawa surga Allah SWT. Seperti yang sudah tercantum di dalam Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Bahwa surga di bawah telapak kaki ibu.”
Tentu perumpamaan ini tidak serta-merta terberi kepada seluruh perempuan. Hanya untuk perempuan muslimah taat beragama-lah yang akan mendapatkannya. Hadis tersebut menunjukan bahwa beliau Nabi Muhammad SAW mengetahui beratnya perjuangan seorang perempuan. Di mana mereka memiliki peran di dalam setiap lini kehidupan.
Jangan sampai kita menyesal terlahir sebagai seorang perempuan. Justru dari kita-lah masa depan setiap generasi terbaik itu bisa terbangun. Jika kalian sampai saat ini masih menyesal terlahir sebagai perempuan, silahkan simak beberapa penjelasan Ning Sheila Hasina ini.
Bahkan, seorang laki-laki tirakatnya untuk si anak itu ketika istrinya sedang mengandung. Sedangkan perempuan sebagai seorang ibu tirakatnya itu adalah sepanjang masa. Misalnya perempuan mendidik anaknya dengan secara dlahir, seperti memperbaiki akhlaknya, memberikan pendidikan madrasah pertama. Baik itu mengaji atau pelajar umum. Lalu bertambah dengan tirakan mendoakan anak, membacakan fatihah dan tirakat lainnya.
Hal ini menunjukan bahwa perempuan yang memiliki tugas sebagai pendidik bagi anaknya, juga bisa memiliki peran untuk menghidupi keluarganya. Dan itu tidak masalah sama sekali, justru ini menunjukan betapa hebatnya para perempuan itu.
Lahan Dakwah Perempuan
Pesan Ning Sheila untuk para perempuan yaitu bahwa kita harus belajar mendidik diri sendiri terlebih dahulu, agar kita menjadi orang yang terdidik ilmu maupun akhlaknya. Kemudian kita bisa mendidik anak-anak kita, dan orang-orang di sekitar kita agar lebih baik lagi.
Berawal dari pendidikan akhlak, lalu berlanjut dengan pendidikan fikih. Ini sangat penting karena kehidupan sehari-hari bersangkutan dengan ibadah. Kita diciptakan di dunia tujuannya untuk beribadah, sedangkan ibadah itu membutuhkan ilmu agar dapat diterima oleh Allah SWT. Ilmunya ibadah yaitu ilmu fiqkh. Dan ketika kita sudah menjadi orang yang terdidik, jangan lupa untuk selalu berdoa agar apa yang kita usahakan selama ini mendapatkan ridla dari Allah SWT.
Apalagi tentang bagaimana fenomena akhir-akhir ini itu banyak penceraman itu nggak alim tapi pinter ngomong atau bukan alumni Pesantren tidak ngaji di mana tapi ternyata jadi penceramah di mana-mana itu bisa membahayakan umat. Jika kita mau saja untuk merenung sebentar, hal ini sudah diramalkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam yang pernah berkata dengan para sahabatnya:
“Innakum ashbahtum fii zamanin katsiirin fuqahaa-uhu, qaliilin qurraa-uhu wa khuthabaa-uhu, qaliilin saa-iluuhu, katsiirin mu’thuuhu, al ‘amalu fiihi khairun minal ‘ilmi. Wa saya’tii ‘alan naasi zamaanun qaliilun fuqahaa-uhu katsiirun khuthabaa-uhu, qaliilun mu’thuuhu katsiirun saa-iluuhu, al ilmu fiihi khairunminal ‘amali“.
Artinya: “Bahwa kamu berada pada suatu masa yang banyak ahli fiqihnya, sedikit ahli qira-at dan ahli pidato, sedikit orang meminta dan banyak orang memberi. Dan amal pada masa tersebut lebih baik daripada ilmu. Dan akan datang kepada ummat manusia suatu masa, yang sedikit ahli fiqihnya, banyak ahli pidato, sedikit yang memberi dan banyak yang meminta. Ilmu pada masa itu lebih baik dari amal“.
Di sini berarti masih berkenambungan dengan apa yang kita sampaikan dari tadi bahwa yang penting itu adalah kualitas kita membekali diri dengan banyak ilmu. Jadi perempuan ini tetap baik dakwahnya pertama dakwah perempuan itu bagaimana ya kalau misal perempuan-perempuan ini bisa mendakwahkan permasalahan terkait perempuan kepada sekitarnya tentu lebih baik terlebih kita membekali diri dengan ilmu di pesantren kemudian disampaikan kepada ibu-ibu rumah tangga yang di daerahnya di desanya dengan menggelar pengajian kitab-kitab kecil tidak perlu besar-besar safinatullah Selatan enggak masalah yang penting membenahi ibu-ibu yang di desa-desa ini kok menurut saya sudah paling baik-baiknya dakwah seorang perempuan. (Adm-02A)