bspradiopekalongan.com – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Pekalongan, meluncurkan Survei Eksistensi Sekolah di Kota Pekalongan tahun 2023 dengan mengambil sampel 370 responden dari 4 Kecamatan di Kota tersebut. Tercatat ada sebanyak 67,6% merupakan Orang Tua Siswa (Wali Murid), 16,2% Pengasuh Siswa/Murid dan 16,2 lainya adalah Keluraga Siswa/Murid yang memberikan tanggapan.
Jajak pendapat yang dikeluarkan Lakpesdam NU Kota Pekalongan menujukan sejumlah kejutan pada awal tahun ajaran baru. Hasil survei yang dihimpun pada Jum’at (14/07/2023), dari total 370 responden, sebanyak 91,9% memiliih Sekolah NU/Yayasan dibawah naungan NU sebagai lembaga pendidikan yang dipilih dan 7,5% memilih sekolah negeri dan 0,6 memberi pendapat lainya.
Indek pendapat responden yang memberikan alasan memilih sekolah NU tersebut, sebanyak 89,9% beralasan faktor Kurikulum/pemahan agama yang diajarkan. Disusul 10,5% meberi alasan Biaya Gratis dan 0,6 beralasan jarak dekat.
Ketua Lakpesdam NU Kota Pekalongan, Muhammad Ilman Nafia, SH, MH mejelaskan. Memang sekolah yang memadukan antara kurikulum nasional dan muatan lokal berbasis pemahaman kegamaan seperti sekolah-sekolah Nu atau Yayasan dibawah naungan NU di Kota Pekalonga masih dominan.
Nanun demikian, para resoonden dalam survei tersebut, juga memberi penilaian tertinggi kepada sekolah sebagai tempat pondasi pendidikan dan mental oleh 59,5% tanggapan. Sedang 32,4% lainya menilai sekolah menjadi tempat pengembangan pendidikan anak dan 0,6 lainya menilian sekolah sebagai pengembangan sosial anak.
Sistem pendidikan nasional pun tidak ketinggalan mendapat tanggapan dari responden, ada 45,9% memberi tanggapan kurikulum mengalami banyak persoalan. 32,4 % responden lainya menilai sistem pendidikan menglami perubahan dan 21,6% lainya menggangap sekolah masih menjadi tempat kepercayaan publik didunia pendidikan.
Hal lainya yang menjadi perhatian oleh responden dalam survei tersebut, mengenahi persoalan fasilitas sekolah yang ada di Kota Pekalongan. Total 43,2% mengatakan baik dan 37,8% mengatakan cukup serta 18,9% mengatakan perlu perbaikan. Termasuk halnya tenaga pendidik di sekolah tidak lepas dari tanggapan responden, yang mana 59% menilai perlu perbaikan dalam cara mendidik anak dan 24,4% menilai perlu peningkatan dalam hal penguasaan teknologi dan 16,2 perlu perbaikan pada pola komunikasi.
Berdasarkan tren dan pendapat responden yang merupakan warga Kota Pekalongan tersebut, dapat menjadi kritik guna perbaikan lembaga pendidikan untuk dapat meningkatkan kualitasnya. “Fakta yang didapat dari masyarkat memilih sekolah NU dengan latar belakang pendidikan dan pemahaman agama menjadi favorit masyakat, namun ada hal lain yang juga harus ditingkatkan dan dilakukan perbaikan” jelas Ilman Nafia.
Sementara itu berkaitan dengan libur sekolah, sebanyak 54,1% responden memilih hari jum’at sesuai dengan tradisi masyarakat pekalongan dan 35,1% lainya memilih hari minggu untuk libur sekolah dan 10,8 lainya tidak mempermasalahkan libur hari apa.
Adapun hal yang memuaskan para responden dari pendidik di sekolah adalah poin attitude (memiliki karakter unggah-ungguh) mencapai 51,4% dan 27% karena kompeten serta 21,6% pendidik dinilai disiplin.
Semua jejak pendapat yang telah diberikan responden tersebut menjadi konklusi kepuasan terhadap dunia pendidikan di Kota Pekalongan. 73,1% responden merasa puas namun perlu perbaikan pada sekolah dan pendidik, kemudian 21,1% merasa puas tapi harus ada perbaikan dibindang fasilitas pendidikan dan hanya 0,8 yang merasa puas tanpa ada masukan.
Menurut Ilman Nafia, berkaitan dengan hasil survei tersebut, menunjukan eksistensi sekolah NU tidak bisa disepelekan dalam mendidik dan mencerdaskan anak. Makanya perlunya dukungan dan suport dari pemerintah terhadap sekolah NU agar lebih diperhatikan karena menjadi tempat pilihan paling banyak warga masyarkat terutama dari pemerintah. (Adm-A01/Nav).