Nyai Hj Nur Khodijah Bisri Dikenal Tokoh Pendiri Pesantren Putri Pertama di IndonesiaNyai Hj Nur Khodijah Bisri Dikenal Tokoh Pendiri Pesantren Putri Pertama di Indonesia

bspradiopekalongan.com, PESANTREN – Pondok pesantren putri pertama di Indonesia tak asing lagi bagi para pemerhati pendidikan Islam, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama.

Pondok pesantren putri pertama di Indonesia adalah Pesantren Putri di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang didirikan oleh Nyai Nur Khodijah Chasbullah pada awal abad ke-20. Pesantren ini merupakan bagian dari Pondok Pesantren Danyar Jombang yang didirikan oleh suaminya, KH Bisri Sjansyuri yang merupakan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Sebelum keberadaan pesantren putri ini, pendidikan pesantren umumnya hanya diperuntukkan bagi laki-laki. Pada masa saat itu, pendidikan agama secara formal bagi perempuan sangat terbatas. Namun Nyai Nur Khodijah memiliki pandangan maju dan keberanian besar untuk membuka kesempatan belajar bagi santri perempuan. Ia memulai dengan membuka pengajian khusus perempuan di sekitar lingkungan Tebuireng. Dari situlah, terbentuk sistem pendidikan pesantren putri yang pertama di Indonesia.

Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran perempuan kerap kali kurang mendapatkan sorotan. Namun, ada satu sosok perempuan luar biasa yang berhasil mengukir sejarah dan menjadi pelopor pendidikan perempuan berbasis pesantren di tanah air. Ia adalah Nyai Nur Khodijah, tokoh perempuan yang berjasa besar dalam mendirikan dan mengembangkan pesantren khusus putri pertama di Indonesia, tepatnya di Jombang, Jawa Timur.

Nyai Nur Khodijah lahir pada akhir abad ke-19, dalam lingkungan keluarga kiai yang taat dan peduli terhadap pendidikan. Ia adalah istri dari Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Sejak muda, Nyai Nur Khodijah dikenal cerdas, tekun, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib kaum perempuan, khususnya dalam akses terhadap pendidikan agama.

Pada masa itu, akses pendidikan bagi perempuan sangat terbatas. Perempuan umumnya hanya diajarkan keterampilan domestik, dan jarang diajak mengikuti pendidikan keagamaan secara mendalam. Melihat ketimpangan ini, Nyai Nur Khodijah berinisiatif mendirikan pesantren putri di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng yang saat itu dikhususkan bagi santri laki-laki. Ia membuka kelas pengajian khusus bagi para santri perempuan yang datang dari berbagai daerah.

Inisiatif tersebut menjadi tonggak sejarah berdirinya Pesantren Putri di Indonesia, yang menjadi cikal bakal sistem pendidikan pesantren yang setara antara laki-laki dan perempuan. Dengan ketelatenan dan dedikasinya, Nyai Nur Khodijah membimbing para santri perempuan mempelajari ilmu agama, akhlak, dan kemandirian. Ia juga mengajarkan pentingnya peran perempuan dalam membina keluarga dan masyarakat.

Peran Nyai Nur Khodijah tidak hanya berhenti pada ranah pendidikan. Ia juga aktif mendukung perjuangan suaminya dalam mendirikan Nahdlatul Ulama dan menyebarkan nilai-nilai Islam moderat di masyarakat. Meskipun tidak banyak terdokumentasi dalam sejarah formal, kiprah beliau diakui oleh banyak tokoh NU sebagai fondasi kuat bagi berkembangnya peran perempuan dalam organisasi tersebut.

Keteladanan Nyai Nur Khodijah tercermin dalam kesederhanaan, keberanian, dan semangat pengabdiannya. Ia membuktikan bahwa perempuan tidak hanya bisa menjadi penopang di balik layar, tetapi juga mampu menjadi pelopor perubahan dalam bidang sosial dan keagamaan. Ia menanamkan prinsip bahwa perempuan berhak mendapat ilmu, berhak memimpin, dan memiliki peran besar dalam membangun peradaban Islam.

Warisan perjuangan Nyai Nur Khodijah masih terasa hingga kini. Banyak pesantren putri di Indonesia yang menjadikan beliau sebagai inspirasi dan teladan. Semangatnya mendorong munculnya generasi perempuan muslim yang cerdas, mandiri, dan berakhlak mulia. Ia membuka jalan bagi tokoh-tokoh perempuan NU seperti Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Nyai Sinta Nuriyah, hingga generasi muda perempuan muslim yang aktif di berbagai bidang.

Sebagai sosok inspiratif, Nyai Nur Khodijah mengajarkan kita bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan dengan tulus dan konsisten. Dedikasinya dalam dunia pendidikan putri membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi agen perubahan, tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai perempuan dan sebagai muslimah. (Adm-02A)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *