Keunggulan Sistem Sorogran di Pesantren dan Tantanganya dalam Dunia PendidikanKeunggulan Sistem Sorogran di Pesantren dan Tantanganya dalam Dunia Pendidikan

bspradiopekalongan.com, PESANTREN – Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional di Indonesia, telah lama menjadi tempat untuk mendalami ilmu agama Islam. Dalam perkembangannya, pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mulai memperkenalkan sistem kurikulum yang lebih terstruktur.

Salah satu sistem kurikulum yang kini banyak diterapkan di beberapa pesantren adalah Sorogran. Sistem ini menjadi pilihan menarik untuk memperkaya dan memodernisasi pendidikan di pesantren tanpa menghilangkan akar tradisional yang sudah ada.

Apa Itu Sorogran?

Sorogran adalah sistem kurikulum yang awalnya berasal dari tradisi pesantren, khususnya dalam pembelajaran kitab-kitab kuning yang menjadi ciri khas pesantren di Indonesia. Sistem ini mengedepankan interaksi langsung antara pengasuh pesantren dengan santri dalam memahami teks-teks klasik dan konsep-konsep agama.

Dalam sistem Sorogran, pembelajaran tidak hanya bersifat teori, tetapi juga lebih mengutamakan aplikasi praktis dan pengajaran yang langsung bisa diterima oleh santri (siswa pesantren). Secara harfiah, kata “Sorogran” diambil dari bahasa Jawa yang berarti “bimbingan langsung” atau “mengarah”.

Dengan kata lain, definisi sorogan adalah sorogan adalah suatu metode pembelajaran di lingkungan pesantren dimana para santri menghadap langsung kepada Kyai atau ustadz untuk membaca, menghafal dan menjelaskan pembelajaran sebelumnya.

Penerapan Sorogran di Pesantren

Pada dasarnya, Sorogran adalah sistem yang menggabungkan metode pengajaran yang lebih sistematis dan terstruktur dalam belajar kitab kuning, seperti kitab Fiqih, Tafsir, Hadis, dan Aqidah. Di dalamnya terdapat pembagian waktu yang jelas, seperti waktu untuk mengaji, menghafal, berdiskusi, dan aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Bergantung pada pesantren yang menerapkannya, sistem Sorogran dapat berbeda-beda. Ada pesantren yang menekankan pada pembelajaran kitab-kitab kuning secara intensif, sementara yang lain mungkin mengkombinasikan dengan kegiatan sosial atau kewirausahaan untuk meningkatkan keterampilan santri dalam menghadapi tantangan zaman. Sebagai contoh, ada pesantren yang mengajarkan sorogan langsung dalam bentuk diskusi atau pembahasan per bab, di mana pengasuh memberikan penjelasan dan kemudian santri diharapkan bisa menyampaikan pemahaman mereka.

Manfaat Sorogran dalam Pendidikan Pesantren

  1. Peningkatan Pemahaman Agama: Dengan sistem Sorogran, para santri diharapkan dapat lebih memahami makna dari kitab kuning yang diajarkan, tidak sekadar membaca, tetapi juga memahaminya dengan baik. Pembelajaran yang lebih intensif ini membantu mereka menguasai materi yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan beragama sehari-hari.
  2. Keterlibatan Aktif Santri: Berbeda dengan metode pengajaran konvensional, Sorogran lebih mengutamakan keterlibatan aktif santri dalam setiap sesi pembelajaran. Santri tidak hanya mendengarkan, tetapi juga berbicara, bertanya, dan memberikan pendapat terkait materi yang diajarkan.
  3. Peningkatan Kualitas Pengajaran: Melalui bimbingan langsung oleh pengasuh atau ustaz, santri bisa lebih mudah memahami materi yang sulit dan memiliki kesempatan untuk berdiskusi lebih dalam. Hal ini juga memberi pengajaran yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan santri masing-masing.
  4. Persiapan Menuju Dunia Modern: Meskipun sistem ini berakar pada tradisi pesantren, Sorogran juga menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Beberapa pesantren yang menerapkan Sorogran, mulai mengintegrasikan pelajaran teknologi dan bahasa asing yang akan membantu santri dalam bersaing di dunia global.
  5. Pendidikan Karakter: Selain pengetahuan agama, sistem Sorogran juga mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan karakter yang baik. Santri tidak hanya dibekali dengan ilmu, tetapi juga dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Tantangan dan Perkembangan Sorogran

Meskipun sistem Sorogran memberikan banyak manfaat, penerapannya tidaklah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi untuk mengajar dengan metode ini. Diperlukan pengasuh yang memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran secara langsung serta mampu menjelaskan kitab kuning dengan cara yang mudah dipahami oleh santri.

Namun, dengan semakin banyak pesantren yang mulai menerapkan sistem Sorogran secara modern, diharapkan akan muncul lebih banyak pengasuh yang terlatih dan memiliki keterampilan pedagogis yang mumpuni untuk mengembangkan sistem ini. Selain itu, teknologi dan sarana pembelajaran yang lebih modern juga bisa digunakan untuk mendukung sistem Sorogran agar lebih efektif.

Sorogran menjadi sistem kurikulum yang berperan penting dalam perkembangan pendidikan di pesantren, terutama dalam mengajarkan ilmu agama Islam yang lebih mendalam. Sistem ini menggabungkan pembelajaran yang intensif dengan pengajaran langsung yang memungkinkan santri untuk lebih aktif dan terlibat dalam setiap proses pembelajaran. Meskipun menghadapi tantangan dalam penerapannya, Sorogran memiliki potensi besar untuk membentuk santri yang tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga siap menghadapi dunia yang terus berkembang. Dengan penerapan yang tepat, sistem ini akan semakin memperkaya pendidikan pesantren di Indonesia. (Adm-02A)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *