bspradiopekalongan.com, Religi – Pernyataan “kepedulian sosial adalah ibadah” mencerminkan pemahaman bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membantu sesama dan memperbaiki kondisi sosial dapat dianggap sebagai bentuk ibadah dalam berbagai agama dan keyakinan.
Secara etis dan moral, kepedulian sosial merupakan wujud dari tanggung jawab sosial yang diterima individu terhadap masyarakat tempat mereka tinggal. Menganggapnya sebagai ibadah juga dapat memotivasi individu untuk melakukan tindakan lebih baik dan konsisten, tidak hanya karena keinginan untuk mendapat pahala, tetapi juga sebagai wujud komitmen moral yang dalam.
Hal ini sesuai dengan salah satu sunnah Rasul Saw, : “Ada dua perkara yang tiada sesuatu pun melebihi keunggulannya, yaitu: Iman kepada Allah dan membuat manfaat untuk kaum muslimin.”
Bahkan dalam keterangan yang lainya, para Ulama menyebutkan : Hamba-hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia, perbuatan yang paling utama ialah memasukkan (menghadirkan) rasa senang ke dalam hati orang mukmin berupa membasmi kelaparan, menyingkap kesulitan atau membayar utangnya. Dan dua hal yang tiada sesuatu pun melebihi jahatnya ialah menyekutukan Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum muslimin.
Hikmah Bersosial
Dalam Kitab Nasoihul Diniyyah karangan Sayyid Abdullah Alwy Al Hadad dikisahkan. Diriwayatkan dari Al-Qarni, beliau berkata: Aku bersua dalam suatu perjalananku dengan seorang pendeta, lalu aku bertanya kepadanya: Wahai, Pendeta! Perkara apakah yang menaikkan derajat seseorang?
Pendeta itu menjawab: Mengembalikan hak-hak orang lain yang dianiaya olehnya dan meringankan punggung dari tanggung jawab, karena amal perbuatan hamba tidak akan naik (ke sisi Tuhan), jika dia masih : mempunyai tanggungan atau dia berbuat zalim.
Hal ini menandakan bahwa membahayakan orang-orang muslim dapat berupa membahayakan badan dan hartanya. Segala perintah Allah swt. mengacu pada dua perkara, yaitu mengagungkan Allah swt. dan kasih sayang kepada makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah:
“Tunaikanlah salat dan bayarlah zakat” dan “Hendaklah engkau bersyukur kepadaKu dan berterima kasih kepada kedua orangtuamu.”
Diriwayatkan dari Al-Qarni, beliau berkata: Aku bersua dalam suatu perjalananku dengan seorang pendeta, lalu aku bertanya kepadanya: Wahai, Pendeta! Perkara apakah yang menaikkan derajat seseorang?
Pendeta itu menjawab: Mengembalikan hak-hak orang lain yang dianiaya olehnya dan meringankan punggung dari tanggung jawab, karena amal perbuatan hamba tidak akan naik (ke sisi Tuhan), jika dia masih : mempunyai tanggungan atau dia berbuat zalim.
Bahkan dalam satu ketenagan Hadis yang lain, Nabi saw. bersabda: .
“Barangsiapa bangun di pagi hari tidak berniat aniaya kepada seseorang, maka diampuni dosanya yang dia perbuat. Dan-barangsiapa bangun di pagi hari dengan niat menolong orang yang dianiaya dan mencukupi kebutuhan orang muslim, maka memperoleh pahala seperti pahala haji mabrur.” (Adm-01A)
Sumber : Kitab Nasoihul Diniyyah