bspradiopekalongan.com, KABAR NU – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan tiga hal kemandirian yang setidaknya dimiliki oleh NU. Hal tersebut disampaikan dalam sambutanya pada Konferensi Cabang (Konfercab) XV Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu, 29 Juni 2024.
Pertama, kemandirian politik. Hal ini merupakan fokus utama agar NU tidak hanya berperan dalam forum lima tahunan, tetapi juga aktif sepanjang waktu. Meskipun demikian, politik adalah perantara, sedangkan tujuan utamanya (ghoyah) adalah program Nahdlatul ulama.
Mengingatkan itu, Gus Rozin menengaskan bahwa warga NU harus bisa membedakan antara wasilah dan ghoyah. Kedua hal tersebut tidak boleh terbalik. Yang menjadi ghoyah kita adalah bagaimana cara kita membesarkan NU, sedangkan perhelatan lima tahunan itu kadang relevan kadang tidak. Oleh karena itu, posisinya menjadi wasilah.
Kedua, kemandirian tradisi. Tradisi NU yang sedemikian besar harus bisa diteruskan dan dikembangkan. Tradisi NU sudah merekatkan bukan hanya warga NU tetapi juga bangsa ini. “NU sudah terbukti ikut memerdekan Indonesia, NU sudah terbukti sudah menjaga Indonesia ini tetap merdeka, melalui doa-doa, ikhtiar, dan tradisi Nahdlatul Ulama,” ujarnya.
Ketiga, kemandirian ekonomi. Menurut Gus Rozin, kemandirian politik dan tradisi sulit tercapai tanpa kemandirian ekonomi sebagai pintu masuk. “Tanpa kemandirian ekonomi, tampaknya kemandirian politik sulit tercipta. Tanpa kemandirian ekonomi, tampaknya tradisi itu akan sulit untuk dipertahankan,” tambahnya.
Oleh karena itu, dilansir dari NU Online Gus Rozin menyebut Konfercab XV PCNU Kabupaten Magelang dengan tema “Meneguhkan Kemandirian dan Meningkatkan Kualitas SDM Jama’ah dan Jamiyah NU” sudah mencakup pentingnya kemandirian di dua sektor sekaligus, yakni institusi dan keanggotaan. “Dua unsur ini sudah tercakup, yaitu jamaah dan jam’iyah. Jam’iyah akan kuat jika jamaahnya kuat dan juga sebaliknya. (Adm-02A)