Awas, Kalimat Vulgar tentang Pakaian, Tubuh, atau Penampilan Orang Itu KekerasanAwas, Kalimat Vulgar tentang Pakaian, Tubuh, atau Penampilan Orang Itu Kekerasan

bspradiopekalongan.com, SEKSUAL – Dalam keseharian, banyak orang merasa bebas berbicara atau berkomentar tentang orang lain, termasuk soal penampilan, pakaian, atau bentuk tubuh. Sayangnya, kebebasan berbicara ini sering kali disalahgunakan. Tanpa disadari, melontarkan kalimat vulgar tentang tubuh atau penampilan orang lain adalah bentuk kekerasan verbal yang nyata. Tindakan ini bukan hanya tidak sopan, tetapi juga bisa menyakiti, merendahkan, dan menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi korbannya.

Apa Itu Kalimat Vulgar?

Kalimat vulgar adalah ucapan yang tidak sopan, kasar, cenderung seksual, atau menghina. Dalam konteks penampilan, kalimat vulgar bisa berupa komentar seperti:

  • “Bajumu terlalu terbuka, pantas saja jadi bahan perhatian.”
  • “Tubuhmu aneh, kurus banget seperti tulang berjalan.”
  • “Pantas susah dapat pasangan, lihat saja bentuk tubuhmu.”

Komentar-komentar seperti ini mungkin terdengar sebagai “candaan” bagi sebagian orang, tetapi bagi korban, hal ini adalah bentuk pelecehan dan kekerasan verbal yang merusak harga diri dan kesehatan mental.

Termasuk Kekerasan, Bukan Sekadar Lelucon

Banyak orang masih menganggap bahwa mengomentari tubuh orang lain adalah hal yang biasa. Padahal, menurut Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), kekerasan seksual tidak hanya berupa sentuhan fisik, tetapi juga mencakup kekerasan verbal, seperti komentar atau ujaran yang bersifat merendahkan, melecehkan, dan membuat orang merasa tidak aman.

Ketika seseorang merasa tidak nyaman, malu, atau tertekan karena komentarmu, maka itu adalah bentuk kekerasan psikologis. Kekerasan ini mungkin tidak terlihat, tapi meninggalkan luka yang dalam di dalam diri korban.

Dampak Psikologis dan Sosial

Komentar vulgar bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti kehilangan rasa percaya diri, depresi, gangguan kecemasan, hingga trauma jangka panjang. Banyak korban yang akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial karena takut dihakimi atau menjadi bahan olok-olokan.

Lebih jauh lagi, kalimat vulgar yang terus-menerus dilontarkan juga membentuk budaya body shaming dan objektifikasi, terutama terhadap perempuan. Ini memperkuat standar kecantikan yang tidak sehat dan menjadikan tubuh sebagai objek hiburan atau penilaian semata.

Bangun Budaya Saling Menghargai

Sudah saatnya masyarakat memahami bahwa komentar tentang tubuh dan penampilan adalah wilayah pribadi. Jika tidak diminta, jangan berkomentar. Jika tidak membangun, sebaiknya diam. Kita bisa menghargai seseorang tanpa harus menilai penampilan luarnya.

Pendidikan tentang pentingnya komunikasi yang beretika harus dimulai sejak dini, baik di keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial. Kita perlu menanamkan empati, bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut memiliki dampak terhadap orang lain.

Kesimpulan

Melontarkan kalimat vulgar tentang pakaian, tubuh, atau penampilan orang lain bukanlah kebebasan berekspresi, melainkan tindakan kekerasan yang harus dihentikan. Kita semua memiliki peran untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, di mana tidak ada seorang pun yang merasa terintimidasi hanya karena cara mereka berpakaian atau bentuk tubuh yang mereka miliki. Hargailah orang lain, sebagaimana kamu ingin dihargai. Ingat, mulutmu adalah cerminan dari hatimu. (Adm-01A)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *