Apa yang Disebut Hiperseksual dan Apa Tanda-tandanya?Apa yang Disebut Hiperseksual dan Apa Tanda-tandanya?

bspradiopekalongan.com, SEKSUAL – Dalam kehidupan modern yang serba terbuka, pembahasan mengenai seksualitas sudah semakin diterima oleh masyarakat luas. Salah satu istilah yang kerap muncul dalam diskusi psikologi dan kesehatan mental adalah hiperseksual. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan hiperseksual, dan bagaimana mengenali tanda-tandanya?

Pengertian Hiperseksual

Hiperseksual, atau dalam istilah medis disebut Hypersexual Disorder (Gangguan Hiperseksual), adalah kondisi di mana seseorang memiliki dorongan seksual yang sangat tinggi dan tidak terkendali, hingga mengganggu kehidupan pribadi, sosial, bahkan profesionalnya. Kondisi ini bukan sekadar memiliki libido tinggi, melainkan melibatkan perilaku seksual kompulsif yang sering kali dilakukan tanpa pertimbangan rasional dan penuh risiko.

Dalam beberapa literatur, hiperseksual juga dikenal sebagai sex addiction atau kecanduan seks. Meskipun belum diakui secara resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) sebagai gangguan kejiwaan yang berdiri sendiri, banyak pakar kesehatan mental mengkategorikannya sebagai bentuk gangguan impuls yang berkaitan erat dengan gangguan mood, trauma masa lalu, atau penyalahgunaan zat.

Tanda-Tanda Hiperseksual

Terdapat beberapa ciri atau tanda yang dapat mengindikasikan seseorang mengalami kondisi hiperseksual. Di antaranya:

  1. Dorongan Seksual Berlebihan dan Tak Terkendali
    Seseorang terus-menerus memikirkan seks atau merasakan dorongan untuk melakukan aktivitas seksual, bahkan dalam situasi yang tidak tepat.
  2. Perilaku Seksual yang Kompulsif
    Melakukan masturbasi berlebihan, sering berganti pasangan seksual, atau terlibat dalam hubungan seks berisiko tinggi tanpa memedulikan konsekuensi fisik maupun emosional.
  3. Kesulitan Mengendalikan Hasrat
    Meskipun menyadari bahwa perilaku seksual tersebut merusak hubungan, pekerjaan, atau reputasi, penderita tetap sulit mengendalikan dorongan tersebut.
  4. Menggunakan Seks sebagai Pelarian Emosional
    Seks digunakan untuk melarikan diri dari stres, kecemasan, kesepian, atau trauma masa lalu, sehingga menjadi alat kompensasi psikologis.
  5. Perasaan Bersalah atau Menyesal Setelahnya
    Setelah melakukan aktivitas seksual, penderita merasa bersalah, malu, atau menyesal, namun tetap mengulanginya.
  6. Mengabaikan Tanggung Jawab dan Aktivitas Lain
    Waktu, energi, dan pikiran terkuras untuk mengejar aktivitas seksual hingga mengabaikan kewajiban, pekerjaan, bahkan keluarga.

Penanganan dan Dukungan

Hiperseksual bukan sekadar soal perilaku, tetapi bisa menjadi gejala dari masalah psikologis yang lebih dalam, seperti trauma, kecemasan, atau depresi. Oleh karena itu, penanganannya membutuhkan pendekatan multidisipliner, termasuk psikoterapi, konseling, dan terkadang penggunaan obat-obatan tertentu.

Terapi perilaku kognitif (CBT), terapi kelompok, serta pendekatan spiritual atau religius sering digunakan untuk membantu penderita memahami akar masalah dan belajar mengendalikan dorongan seksual secara sehat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *