Syaikh Subakir Sosok Penyebar Islam Tertua dalam Buku Atlas WalisongoSyaikh Subakir Sosok Penyebar Islam Tertua dalam Buku Atlas Walisongo

bspradiopekalongan.com, UNTOLDSTORY – Syaikh Subakir menjadi salah satu Tokoh Penyebar Islam tertua di Nusantara ini, namanya sudah menjadi legenda dikalangan umat Islam di Indonesia. Bahkan banyak peninggalanya yang menjadi prinsip bagi yang memang sangat mengaguminya.

Kisah syaikh subakir sebagaimana ditulis dalam Buku Atlas Walisongo dimulai semenjak catatan Dinasti Tang tentang orang-orang Arab sampai terjadinya migrasi keluarga-keluarga Persia dalam rentang waktu berabadabad kemudian tidak terdapat bukti bahwa Islam pernah dianut secara luas di kalangan penduduk pribumi Nusantara.

Tengara yang muncul justru terjadi semacam resistensi dari penduduk setempat terhadap usaha-usaha penyebaran Islam. Historiografi Jawa, yang ditulis R.Tanoyo mengungkapkan bahwa dalam usaha mengislamkan Jawa, Sultan al-Gabah dari negeri Rum mengirim 20.000 keluarga muslim ke Pulau Jawa. Namun, banyak di antara mereka yang tewas terbunuh, dan yang tersisa hanya sekitar 200 keluarga. Sultan al-Gabah dikisahkan marah kemudian mengirim ulama, syuhada, dan orang sakti ke Jawa untuk membinasaan para “jin, siluman, dan brekasakan” penghuni Jawa

Salah satu di antara ulama sakti itu adalah Syaikh Subakir. Dia dikenal sebagai seorang wali keramat dari Persia yang dipercaya telah menanam “tumbal” di sejumlah tempat di Pulau Jawa agar kelak pulau tersebut dapat dihuni umat Islam. Di sejumlah tempat di pantai utara Jawa yang dikenal sebagai “Makam
Panjang”, baik yang terdapat di Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, dan Jepara diyakini sebagai kuburan atau bekas petilasan Syaikh Subakir.

Istilah memasang “tumbal” dalam kisah Syaikh Subakir, berkaitan dengan usaha rohani menyucikan suatu tempat, dengan cara menanam “tanah” di tempat yang dianggap angker.

Kisah-kisah legendaris tentang kedatangan orang-orang Lor asal Persia dan tokoh Syaikh Subakir, tidak saja meninggalkan jejak pada catatan-catatan historiografi , melainkan menjadi cerita lisan (folk-tale) yang dikaitkan dengan keberadaan makam-makam tua yang dikeramatkan masyarakat.

Dalam catatan sejarah, pada abad ke-10 sudah digambarkan dengan jelas keberadaan ribuan pedagang muslim di kota Canton meski dalam catatan Mas’udi yang dikutip J. Sauvaget dalam Relation de la Chine et de l’Indie Redigee en 851 digambarkan kisah hancurnya masyarakat dagang muslim di Canton pada tahun 879 Masehi akibat pemberontakan Huang Chao. Kontak-kontak dagang antara Cina dan dunia Islam dilakukan lewat jalur laut melalui perairan Indonesia. Sayangnya, menurut Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-1800, kehadiran muslim dari luar kawasan Indonesia tidak menunjukkan bahwa negara-negara Islam lokal telah berdiri, tidak pula bahwa telah terjadi perpindahan agama dari penduduk
lokal dalam tingkat yang cukup besar.

Fakta sejarah terkait belum dianutnya Agama Islam oleh penduduk pribumi Nusantara, terlihat pada bukti
faktual pada dasawarsa akhir abad ke-13, sewaktu Marcopolo kembali ke Italia lewat laut dan sempat singgah di negeri Perlak. Saat itu, Marcopolo mencatat bahwa penduduk Perlak terbagi atas tiga golongan masyarakat sebagai pemukim: kaum muslim Cina, kaum muslim Persia- Arab, dan penduduk pribumi yang masih memuja roh-roh dan kanibal. Bahkan, dua pelabuhan dagang di dekatnya, yaitu Basma dan Samara, menurut Marcopolo, bukanlah kota Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *