Pesantren Langitan Tuban Cetak Ulama dan Pejuang Sejak Sebelum Indonesa MerdekaPesantren Langitan Tuban Cetak Ulama dan Pejuang Sejak Sebelum Indonesa Merdeka

bspradiopekalongan.com, PESANTREN – Siapa tidak kenal dengan Pondok Pesantren Langitan Tuban Jawa Timur yang belakangan sering disebut sebagai salah satu Pondok Tertua yang ada di Negara Indonesia. Keberadaanya sejak lama sebelum Republik ini merdeka dan sederat tokoh yang lahir dari buah pendidikan di Pondok langitan ini membuat ponddok langitan begitu istimewa dikalangan pesantren.

Pesantren yang berada di Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, juga disebut sebagai lembaga pendidikan Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Tidak Heran sejumlah Ulama Besar Nusantara hampir semua merupakan hasil dari pesantren langitan ini tepatnya pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Sholeh, banyak tokoh besar dan ulama terkemuka yang lahir dari pelatihan dan pengajaran di Pondok Pesantren Langitan.

Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Sholeh, banyak tokoh besar dan ulama terkemuka yang lahir dari pelatihan dan pengajaran di Pondok Pesantren Langitan. Beberapa di antaranya adalah KH. Kholil Bangkalan, yang menjadi tokoh penting dalam perkembangan pesantren di Madura, serta KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama yang merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Juga tidak ketinggalan KH. Syamsul Arifin, ayah dari KH. As’ad Syamsul Arifin, yang juga merupakan sosok ulama yang berpengaruh di kalangan pesantren.

Sejarah Pesantren Langitan

Lembaga pendidikan pesantren ini berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Berawal dari surau kecil tempat belajar agama, kini telah berubah menjadi lembaga pendidikan terbesar di Kabupaten Tuban yang sekarang ini dihuni oleh lebih dari 5500 santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sebagian Malaysia.

Tokoh sentral pendiri Pondok Pesantren Langitan, adalah Hadratus Syaikh KH. Muhammad Nur mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni penjajah dari tanah Jawa.

KH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M), kepengasuhan pondok pesantren selanjutnya dipegang oleh putranya, KH. Ahmad Sholeh. Setelah kira-kira 32 tahun mengasuh pondok pesantren Langitan (1870-1902 M.) akhirnya beliau wafat dan kepengasuhan selanjutnya diteruskan oleh putra menantu, KH. Muhammad Khozin. Beliau sendiri mengasuh pondok ini selama 19 tahun (1902-1921 M.).

Setelah beliau wafat matarantai kepengasuhan dilanjutkan oleh menantunya, KH. Abdul Hadi Zahid selama kurang lebih 50 tahun (1921-1971 M.), dan seterusnya kepengasuhan dipercayakan kepada adik kandungnya yaitu KH. Ahmad Marzuqi Zahid yang mengasuh pondok ini selama 29 tahun (1971-2000 M.) dan keponakan beliau, KH. Abdulloh Faqih.

Perjalanan Pondok Pesantren Langitan dari periode ke periode selanjutnya senantiasa memperlihatkan peningkatan yang dinamis dan signifikan namun perkembangannya terjadi secara gradual dan kondisional. Bermula dari masa KH. Muhammad Nur yang merupakan sebuah fase perintisan, lalu diteruskan masa H. Ahmad Sholeh dan KH. Muhammad Khozin yang dapat dikategorikan periode perkembangan. Kemudian berlanjut pada iepengasuhan KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdulloh Faqih yang tidak lain adalah fase pembaharuan.

Kiprah Pesantren Langitan

Dalam rentang masa satu setengah abad Pondok Pesantren Langitan telah menunjukkan kiprah dan peran yang luar biasa, berawal dari hanya sebuah surau kecil berkembang menjadi Pondok yang representatif dan populer di mata masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara. Banyak tokoh-tokoh besar dan pengasuh pondok pesantren yang dididik dan dibesarkan di Pondok Pesantren Langitan ini, seperti KH.Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ary, KH. Syamsul Arifin (ayahanda KH. As’ad Syamsul Arifin) dan lain-lain.

Dengan berpegang teguh pada kaidah “Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah (memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-budaya yang baru yang konstruktif), maka Pondok Pesantren Langitan dalam perjalanannya qenantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dan kontektualisasi dalam merekonstruksi bangunan-bangunan sosio kultural, khususnya dalam hal pendidikan dan manajemen.

Usaha-usaha ke arah pembaharuan dan modernisasi memang sebuah konsekwensi dari sebuah dunia yang modern. Namun Pondok Pesantren Langitan dalam hal ini mempunyai batasan-batasan yang kongkrit, pembaharuan dan modernisasi tidak boleh merubah atau mereduksi orientasi dan idealisme pesantren.

Sehingga dengan demikian Pondok Pesantren Langitan tidak sampai terombang-ambing oleh derasnya arus globalisasi, namun justru sebaliknya dapat menempatkan diri dalam posisi yang strategis, dan bahkan kadang-kadang dianggap sebagai alternatif. (Adm-02A)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *