Perintisan dan Ekspansi Pondok Pesantren SidogiriPerintisan dan Ekspansi Pondok Pesantren Sidogiri

bspradiopekalongan.com, Pondok Pesantren – Pondok Pesantren Sidogiri adalah salah satu pesantren tertua di Indonesia yang terletak di Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pesantren ini memiliki sejarah panjang yang penuh dengan perjuangan dan pengabdian terhadap pendidikan Islam.

Pendiri Pondok Sidogiri

Pondok Pesantren Sidogiri didirikan oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, yang lebih dikenal sebagai Sayyid Sulaiman dari Cirebon Jawa Barat. Ayahnya, Sayyid Abdurrahman, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati.

Sayyid Sulaiman mendirikan pesantren ini dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Islam dan mendidik generasi muda agar memiliki pengetahuan agama yang mendalam. Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean.

Konon pembabatan Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.

Misi Dirintisnya Pondok Sidogiri

Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.

Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.

Pada masa awal pendiriannya, Pondok Pesantren Sidogiri berfokus pada pendidikan dasar agama Islam. Sayyid Sulaiman mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf. Santri yang datang untuk belajar tidak hanya berasal dari Pasuruan, tetapi juga dari berbagai daerah di Jawa Timur. Sistem pendidikan yang digunakan masih sangat sederhana, namun sudah mampu menarik minat banyak santri untuk menimba ilmu.

Setelah wafatnya Sayyid Sulaiman, pesantren ini diteruskan oleh para penerusnya, yang terus mengembangkan dan memperluas kurikulum serta fasilitas pendidikan. Pada abad ke-19, di bawah kepemimpinan Kiai Abdusshomad, Sidogiri mengalami perkembangan pesat. Beliau memperkenalkan berbagai disiplin ilmu baru dan meningkatkan standar pendidikan. Selain itu, Pondok Pesantren Sidogiri mulai dikenal luas hingga ke luar Jawa Timur.

Perkembangan dan Ekspansi Pondok Sidogiri

Pada abad ke-20, Pondok Pesantren Sidogiri mengalami modernisasi tanpa meninggalkan tradisi salafnya. Di bawah kepemimpinan Kiai Abdullah Faqih, Sidogiri mulai memasukkan berbagai ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulumnya. Kiai Abdullah Faqih juga berperan besar dalam memperluas pengaruh pesantren ini di kancah nasional. Beliau aktif dalam berbagai organisasi keagamaan dan pendidikan, yang semakin mengukuhkan posisi Sidogiri sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Indonesia.

Pondok Pesantren Sidogiri terkenal dengan sistem pendidikan salafnya yang ketat dan disiplin. Kurikulum yang diajarkan meliputi berbagai disiplin ilmu agama Islam, seperti tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf. Selain itu, pesantren ini juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum untuk mempersiapkan santrinya menghadapi tantangan zaman.

Salah satu keunikan dari Pondok Pesantren Sidogiri adalah adanya sistem pendidikan yang mandiri dan berkelanjutan. Pesantren ini memiliki berbagai unit usaha yang dikelola secara profesional, seperti koperasi, pertanian, dan peternakan, yang membantu dalam mendanai operasional pesantren. Dengan sistem ini, Sidogiri mampu mempertahankan kemandirian finansialnya dan memberikan pendidikan yang berkualitas kepada santrinya.

Pondok Pesantren Sidogiri memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Banyak alumninya yang menjadi tokoh agama, ulama, dan pemimpin masyarakat yang berperan aktif dalam menyebarkan ajaran Islam. Selain itu, pesantren ini juga berperan dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Pesantren Sidogiri juga aktif dalam berbagai organisasi keagamaan dan pendidikan, seperti Nahdlatul Ulama (NU). Keterlibatan pesantren ini dalam organisasi-organisasi tersebut semakin memperkuat pengaruhnya dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.

Seperti lembaga pendidikan lainnya, Pondok Pesantren Sidogiri juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam menghadapi perubahan zaman dan perkembangan teknologi. Namun, dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai tradisional dan semangat untuk terus berinovasi, Sidogiri mampu mengatasi berbagai tantangan tersebut.

Ke depan, Pondok Pesantren Sidogiri bertekad untuk terus mengembangkan dan memperkuat sistem pendidikannya. Dengan tetap menjaga tradisi salaf dan membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern, pesantren ini diharapkan dapat terus menjadi pusat pendidikan Islam yang unggul dan berkontribusi dalam mencetak generasi muslim yang berkualitas. (Adm-03A)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *