bspradiopekalongan.com, Artikel – Nahdlatul Ulama (NU) beberapa waktu ini digegerkan isu nasab habib, saat ini Muhammadiyah (MD) digegerkan isu musik dan serangan kelompok salafi wahabi kepada UAH sebagai ulama MD.
Sebatas pengamatan Fathul Qadir Tim Aswaja Center PWNU Jawa Timur menilai, pertengkaran atau gegeran sesama umat Islam khususnya di Indonesia bukan dikarenakan ajaran Islamnya, namun karena faktor arogansi sebagian muslim terhadap lainnya, tidak arif dalam bersosial, kurang toleran menyikapi perbedaan, serta sifat keakuan berlebihan.
Ada yang merasa paling suci, mendaku paling mulia nasabnya hingga selain ras dan darahnya dianggap rendah dan harus menghormatinya tanpa syarat. Selain itu juga faktor merasa paling benar pemahaman agamanya, paling sesuai Al-Qur’an dan Assunnah, sehingga muslim lain yang memiliki pemahaman berbeda dianggap melenceng, sesat, ahli bid’ah dan bahkan musyrik.
Arogansi dan kesombongan itulah yang menjadikan sesama umat Islam berseteru. Meski dibungkus sorban, imamah, jubah dan peci putih, atau disembunyikan di balik jenggot panjang dan jidat hitam, sombong dan arogan tetap melahirkan daya rusak sosial yang besar.
NU dan MD ikut berjuang mendirikan Indonesia, perbedaan keduanya tidak menjadikan pertengkaran yang menjurus perpecahan anak bangsa. Jika keduanya bergandeng tangan berbagi peran niscaya Indonesia akan baik-baik saja, entah kalau yang lain yang sukanya nebeng kebesaran dua ormas tersebut dan selalu membuat kekisruhan di dalamnya.
Toleran dan tawassuth dalam beragama adalah solusi bagi kekisruhan ini. (Fathul Qadir/Adm-01A)