Pernikahan atau perkawinan menjadi adalah momentum yang sakral dan syarat makna, bagi setiap pasangan untuk melangaungkan bahtera kehidupan keluarga. Tidak sedikit diantara pasangan yang melangsungkan pernikahan “mantenan”, dilakukan penuh dengan keistimewaan, bahkan sesuatu hal yang langka agar mudah untuk dingat sebagai momen indah yang tidak terlupakan.
Salah satu hal menarik dalam pelaksanaan perkawinan pada masyarakat kita, adalah penentuan hari, tanggal dan bulan pelaksanaan prosesi pernikahan. Di Kota Pekalongan misalnya, dari 12 bulan dalam satu tahunya, ada beberapa bulan tertentu dengan angka perkawinan yang melonjak dibanding bulan biasanya. Sepeti halnya pada bulan Syawal yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, menjadi satu bulan yang diminati warga masyarakat untuk melangsungkan pernikahan.
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Pekalongan Utara, Masrur S.Ag menjelaskan. Bulan Syawal merupakan salah satu bulan favorit warga Pekalongan Utara untuk melangsungkan Pernikahan. Menurut keteranganya, dipilihnya bulan Syawal karena dianggap baik untuk melangsungkan pernikahan, juga nyatanya pada bulan syawal masih banyak warga yang berkumpul bersama keluarganya.
Di KUA Pekalongan Utara sendiri, angka pernikahan yang terdaftar pada bulan Syawal meliputi Maret dan April tahun 2023 mencapai 90 pendafatar. Angka ini diprediksi masih akan melonjak, karena beriringan dengan bulan Dzulhijjah dan Dzulqo’dah yang dikenal dengan bulan besar. Dimana pada bulan besar tersebut, biasanya angka pernikahan di masyarakat juga banyak, bahkan bisa melebihi bulan syawal.
Menurut Masrur, selain pada bulan-bulan tersebut, pernikahan juga ramai dilakukan pada bulan Rabiul Awal “Mulud”. Jadi dalam setahun, pada bulan Syawal (Lebaran), Dzulqo’dah (Ba’da Besar) dan Rabiul Awal (Mulud) itulah Pernikahan paling banyak dilangsungkan. Bahkan dijelaskan, selain ada bulan yang ramai dilangsungkan pernikahan dalam satu tahun, juga ada bulan yang sepi pendaftaranya yaitu bulan Muharom.
Lebih lanjut Masrur menjelaskan, selain bulan-bulan tertentu menjadi primadona untuk pelaksanaan pernikahan juga ada hari sepesial bagi warga masyarakat pekalongan untuk menikah. Kebiasaan pelaksanaan akad nikah peling banyak dilakukan masyarakat pada hari jumat. Jika hari biasa itu pernikahan hanya satu sampai tiga tempat, pada hari jum’at bisa lebih. Apalgi ketika bertepatan dengan bulan favorit pernikahan, pada hari jum’at dalam sehari dapat mencapai lebih dari 10 pernikahan.
Disinilah menurutnya, kadangkala terjadi sedikit kerepotan, karena durasi pernikahan biasanya adalah 1 jam. Mulai dari pembukaan acara, khutbah nikah hingga acara inti akada nikah dan do’a. Bahkan, karena waktu pelaksanaanya fluktuatif petugas dari KUA kadangkala harus lari untuk berpindah tempat dikarenakan pengantinya belum datang sedangkan ditempat lain sudah datang.
Sementara itu, berkaitan dengan tempat pelaksanaan pernikahan, warga masyarakat pekalongan mayoritas melangsukngkanya dirumah pengantin. Meski ada beberapa kejadian yang sempat viral di media sosial twitter atau tiktok, namun masyarakat lebih mendambakan pernikahan dirumah dengan disaksikan oleh Kyai dan tamu undangan walimah jumlahnya sekitar 65%. Sedangkan sisanya itu pernikahan dilangsungkan di kantor KUA, dan biasanya yang nikah di KUA adalah mereka yang sudah pernah menikah sebelumnya.
Masrur menambahkan, berkaitan dengan angka pernikahan secara keseluruhan, pada tahun 2023 ini diprediksi mengalami peningkatan. Sebab pada kwartal pertama bulan Januari hingga April 2023, sudah ada 130 pernikahan, meningkat lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 90. Dan biasanya untuk angka rata-rata angka pernikahan di wilayah Pekalongan Utara, pada akhir tahun bisa mencapai sekitar 600 pernikahan. (Adm-A01)